Minggu, 24 Januari 2010
How to improve your speaking ability
Sabtu, 23 Januari 2010
Cara Membuat Hati Tentram...
Itu sebabnya, kejernihan dalam menyikapi kegagalan adalah pemungkin yang penting untuk memaksimalkan pencapaian hak kita untuk berhasil, untuk mencapai kecemerlangan yang kita cita-citakan. Pengenalan yang baik atas sifat-sifat kegagalan adalah penentu bagi ketepatan sikap dan tindakan-tindakan kita pada setiap upaya kedua kita. Maka, deskripsikanlah kegagalan dalam sifat-sifatnya yang asli.
Kegagalan adalah tanda tidak tepatnya arah. Dengannya, penyesuaian adalah nama perjalanannya.
Kegagalan adalah tanda tidak cukup baiknya cara, sehingga peningkatan adalah nama pelatihannya.
Kegagalan sebetulnya tertundanya sebuah keberhasilan. Oleh karena itu, kesabaran adalah nama penantiannya.
Kegagalan adalah tanda tidak cukupnya kekuatan. Itu sebabnya, kesungguhan adalah nama keharusannya.
Kegagalan adalah tanda akan adanya jaminan keberhasilan. Dan…, iman adalah nama keyakinannya. Marilah kita sadari bahwa kita dibedakan dari orang biasa dari cara kita menyikapi kegagalan.
Kemudian, bila kita bersedia untuk melayani impian hati kita dengan kecintaan untuk mendatangkan kebaikan bagi orang lain, kita tidak perlu lagi meramalkan keberhasilan kita. Dengannya, keberhasilan adalah hak yang pencapaiannya adalah sebuah kepastian.
Walaupun semua ustadz, kyai, da‘i, motivator dan inspirator telah menasihati kita untuk tetap tenang dalam menjalani hidup dan kehidupan, namun seringkali kita lupa, atau mungkin sengaja kita lupakan karena kita menutup diri dari nasihat. Setiap ada masalah, pikiran kita selalu resah, hati pun gelisah dibuatnya. Bahkan, kadang kala kita menyalahkan kehidupan itu sendiri. Padahal kita sudah diingatkan bahwa siapa pun yang berani menantang kehidupan, maka semua orang akan menjagokan kehidupan. Waktu memang tidak terbatas, namun waktu yang kita miliki sangat terbatas. Itulah nasihat yang sering disampaikan oleh tokoh-tokoh bijak.
Jika diri kita resah dan gundah, apa yang harus kita lakukan untuk menenangkan hati dan menentramkan jiwa? Untuk menjawab pertanyaan ini, marilah kita renungkan pertanyaan-pertanyaan pengantar berikut ini yang jawabannya sudah tersurat di dalamnya.
Siapakah yang paling mengerti sebuah lagu selain penggubahnya? Siapa yang lebih memahami lukisan selain senimannya? Siapakah yang mengenal dengan baik sebuah motor atau mobil jika bukan pabrik pembuatnya? Siapa yang lebih mengetahui indahnya sebuah bangunan bila bukan sang arsitektur? Lalu, siapa yang lebih mengerti tentang diri kita jika bukan Beliau Yang Menciptakan kita? Allah SWT jauh lebih mengerti tentang diri kita, bahkan dibandingkan kita sendiri.
Untuk menenangkan jiwa dan menentramkan hati, Allah SWT telah memberikan obat yang sangat mujarab kepada kita sebagai hamba dalam firman-Nya :
أَلاَ بِذِكْرِ اللهِ تَطْـمَئِنُّ ٱلْقُلـُوْبُ
Ingatlah, hanya dengan dzikir kepada Allah-lah hati menjadi tentram.
(QS ar-Ra‘d [13] : 28)
‘Aidh al-Qarni menerangkan bahwa pada kalimat “menjadi tentram” mengandung arti kesejahteraan, seruan dan keindahan. Seolah-olah hati adalah tanah. Bagian datar adalah yang tentram sedang bagian terjal adalah yang keras dan gersang. Semoga awan Tuhan Yang Maha Pemurah menurunkan hujan wahyu ke dalam hati agar mendapatkan santapannya di setiap waktu dengan ijin-Nya—berupa dzikir, syukur, taubat, cinta dan rindu.
Hati yang tentram adalah hati yang bebas dari rasa takut, serta tenang mengharap janji Tuhannya dengan penuh keyakinan, tawakal dan kejujuran.
Hati yang tentram adalah hati yang terhibur dari duka cita, sehingga merasa bebas dari kegusaran dan kesedihan hati.
Hati yang tentram adalah hati yang hidup bahagia, diridhai oleh Tuhan, dan ia pun ridha pada Tuhannya.
Hati yang tentram adalah hati yang terbebas dari rasa bimbang dan terlepas dari rasa ragu; hati yang teduh, kokoh dan tak terguncang.
Hati yang tentram adalah hati yang tak terpilah-pilah, yang menyatukan kembali kekuatan dan arahnya.
Hati yang tentram adalah hati yang terpelihara dari godaan setan, dominasi hawa nafsu, serangan, tipu daya dan kejahatan musuh.
Kejujuran itu kekasih Allah. Keterusterangan merupakan sabun pencuci hati. Pengalaman itu bukti. Dan seorang pemandu jalan tidak akan membohongi rombongannya. Tidak ada satu pekerjaan yang lebih melegakan hati dan lebih agung pahalanya, selain berdzikir kepada Allah.
Berdzikir adalah surga Allah di bumi-Nya. Maka, siapa yang tak pernah memasukinya, maka ia tidak akan dapat memasuki surga-Nya di akhirat kelak.
Berdzikir kepada Allah merupakan penyelamat jiwa dari pelbagai kerisauan, kegundahan, kekesalan dan guncangan.
Berdzikir kepada Allah merupakan obat, penyembuhan, kesenangan dan kehidupan.
Dzikir merupakan jalan paling mudah untuk meraih kemenangan dan kebahagiaan hakiki.
Dengan berdzikir kepada Allah, awan ketakutan, kegalauan, kecemasan dan kesedihan akan sirna.
Dengan berdzikir kepada Allah, segunung tumpukan beban dan permasalahan hidup akan runtuh dengan sendirinya.
Wahai orang yang mengeluh karena sulit tidur, yang menangis karena sakit, yang bersedih karena sebuah tragedi, dan yang berduka karena suatu musibah, sebutlah nama-Nya yang suci.
Wahai yang pikirannya tertutup mendung tebal dan kelam, ingatlah kepada Allah, pasti menemukan kebahagiaan. Wahai yang sedang diliputi kesedihan dan dibimbangkan rasa murung, ingatlah kepada Allah, niscaya menjumpai kegembiraan. Wahai yang dibebani kesulitan dan diguncangkan permasalahan, ingatlah kepada Allah, maka rasa aman pasti didapatkan. Wahai yang hatinya hancur, ingatlah kepada Allah, niscaya akan tenang.
Disebutkan sebuah hadits melalui Abu Musa al-Asy‘ari ra., bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda,
مَثَلُ الَّذِيْ يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِيْ لاَ يَذْكُرُهُ، مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
“Perumpamaan orang yang berdzikir mengingat Tuhannya dan orang yang tidak berdzikir mengingat-Nya sama dengan orang hidup dan mati.”
(HR Bukhari)
Pertanyaannya adalah, “Apakah dalam kehidupan kita sehari-hari, jika kita gelisah, maka kita berdzikir kepada Allah untuk menentramkan hati? Ataukah kita melakukan hal yang lain?”
Coba kita tanyakan pada para pelajar, mahasiswa dan para pemuda. Jika pikiran mereka sedang ruwet dan perasaan pun tak enak, apakah mereka akan berdzikir kepada Allah untuk menenangkan jiwa? Mari kita tanyakan pada semua orang Islam, apakah cara yang diajarkan oleh Allah ini yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari ataukah cara yang lain?
Kalau disurvey, akan banyak sekali umat Islam—termasuk kita—yang tidak berdzikir kepada Allah untuk mengusir kegalauan jiwa. Mengapa? Mungkin kita akan menjawab, “Itu sudah saya lakukan, tapi kok tetap saja saya sumpek, gelisah dan resah.”
Barangkali para pelajar dan mahasiswa yang lebih terdidik dan intelek akan berujar, “Ah, itu kan dogma. Resep itu terlalu teoritis, perfeksionis, idealis dan tidak praktis!”
Kalau jawaban-jawaban kita seperti itu, entah apa yang akan kita lakukan jika kita berada di puncak bukit kesedihan atau di dasar lembah kegalauan. Tidak perlulah kita bayangkan apa yang sedang terjadi di tengah-tengah masyarakat dalam menjalani hidup ini.
Bukankah kita senantiasa mengucapkan dua kalimat syahadat—sebuah persaksian bahwa Allah-lah Tuhan kita? Itu berarti kita ini makhluk-Nya. Kita pun sadar bahkan hapal di luar kepala tentang rukun iman. Apakah kita lupa bahwa rukun iman yang pertama adalah percaya kepada Allah? Murid-murid di sekolah dan para mahasiswa di kampus saja harus mengikuti saran para guru dan dosen untuk bisa lulus ujian. Karyawan di perusahaan juga harus tunduk dan mengikuti peraturan yang digariskan oleh manajemen untuk bisa bertahan dan tidak dikeluarkan, apalagi jika ingin naik jabatan.
Kalau sudah seperti itu lazimnya, mengapa kita tidak mengikuti anjuran Allah? Kuatirkah kita bahwa Allah akan menjerumuskan kita kepada hal-hal yang tidak memuliakan bahkan kepada penderitaan seumur hidup? Apakah kita meragukan kemampuan Allah, sedangkan Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa (Al-Qâdir Wa Al-Muqtadir) dan Maha Berdiri Sendiri/Maha Memenuhi Kebutuhan Makhluk (Al-Qayyûm)? Apakah kita mengira bahwa Allah adalah pendusta yang selalu mengabarkan berita bohong? Mâsyâ Allah. Kalau kita mengaku percaya (beriman) kepada Allah, lalu maka buktinya?
Iqbal, seorang penyair filosof asal Pakistan mengatakan, “Jika iman telah tiada, maka tidak ada lagi rasa aman. Tidak ada dunia bagi siapa saja yang tidak menghidupkan iman. Siapa rela dengan kehidupan tanpa agama, dia telah menjadikan kehancuran sebagai teman karibnya.”
Mungkin kitalah yang jarang sekali bahkan tidak pernah mengaji dan memperdalam ilmu. Bisa jadi kita mengira bahwa hal itu tidak banyak bermanfaat di kehidupan ini. Barangkali cara-cara belajar kita yang kurang tepat. Mungkin pula kita sudah mempelajari hal-hal yang terlampau jauh, padahal pondasi kita masih rapuh. Mungkin juga metode pengajarannya yang sudah waktunya dirubah. Bukankah telah dinasihatkan agar kalau seseorang mengajar orang lain, maka harus disesuaikan dengan kondisi orang yang belajar, baik latar belakang, budaya, tingkat pendidikan maupun pola pikirnya? Apakah semua ini terjadi karena kita senantiasa mengajarkan sebuah ilmu pada semua murid dengan cara yang sama? Padahal setiap orang itu unik, mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Kita tidak akan memperpanjang pembahasan tentang hal-hal tersebut. Marilah kita bersama-sama introspeksi (muhâsabah) diri, kemudian bersama-sama pula memperbaikinya.
Al-Ghazali menjelaskan bahwa jiwa bertabiat mudah jenuh dan bosan, tidak bisa bertahan lama dalam satu seni aktivitas dzikir. Bila dipaksa melakukan satu cara saja, ia akan menampakkan kebosanan dan kejenuhan, padahal Allah tidak akan bosan hingga kita bosan. Maka, sikap yang diperlukan adalah memberikannya penyegaran dengan cara berganti-ganti dari satu seni ke seni lainnya, dari satu cara ke cara lainnya sesuai dengan waktu yang tepat. Dengan demikian jiwa akan merasa senang sehingga semangat dan ketekunannya dapat dipertahankan.
Daftar Pustaka :
‘Aidh al-Qarni, Dr, “Nikmatnya Hidangan Al-Qur’an (‘Alâ Mâidati Al-Qur’an)”, Maghfirah Pustaka, Cetakan Kedua : Januari 2006
Mario Teguh, “Becoming A Star [Personal Excellence Series]”, PT Syaamil Cipta Media, Februari 2005/Muharam 1425 H
Mario Teguh, “One Million 2nd Chances [Personal Excellence Series]”, Penerbit Progressio, November 2006
M. Quraish Shihab, Dr, “‘Membumikan’ Al-Qur’an”, Penerbit Mizan, Cetakan XXX : Dzulhijjah 1427H/Januari 2007
Selasa, 19 Januari 2010
Cara Memulai Hari Penuh Semangat
Apakah Anda tahu, cara Anda mengawali hari dapat mempengaruhi seluruh hari Anda? Jika Anda merasa jenuh dan ingin sesekali berangkat ke kantor sambil bersenandung riang, mungkin cara berikut bisa membantu Anda!
Mendengarkan Musik
Terapi musik sudah dikenal dapat mengurangi stres dan berefek positif pada kesehatan. Tidak perlu seorang ahli untuk bisa mendapatkan terapi musik ini. Cukup dengarkan musik favorit dari mp3 player atau ipod. Musik akan memberikan energi positif dan ketenangan psikologis. Musik juga bisa mendukung gaya hidup sehat. Misal: Musik tenang mendorong Anda untuk melakukan meditasi, yoga. Atau musik yang sedikit nge-beat menstimulasi Anda untuk berolahraga.
Mandi Air Hangat
Mandi dengan air panas membuat otot-otot relaks, dan Anda bisa melakukan sedikit gerakan streching agar tubuh tidak kaku. Streching dapat melemaskan otot-otot yang tegang dan memungkinkan Anda untuk memulai hari lebih relaks dan tenang. Tentu saja, jika merasa tenang, Anda sanggup mengatasi masalah yang datang hari ini.
Sarapan
Sarapan adalah the most important meal of the day. Sarapan yang sehat dapat meningkatkan kadar gula dalam darah dan memberikan Anda kekuatan untuk menghadapi hari secara fisik dan mental. Tanpa sarapan, Anda akan lemas dan kurang bisa berkonsentrasi. Jadi, pastikan sarapan Anda terdiri dari protein dan buah.
Teh Hijau
Minum secangkir teh hangat terutama teh hijau yang kaya kandungan antioksidan, akan membuat Anda terasa lebih segar. Hal ini disebabkan karena antioksidan merawat sel tubuh sehingga selalu sehat.
Menulis Jurnal
Menulis jurnal atau blog memiliki banyak manfaat bagi kesehatan dan manajemen stres. Menuliskan peristiwa yang Anda alami setiap hari dapat meningkatan kualitas diri karena membantu Anda lebih fokus, mengolah emosi dan membantu Anda untuk mengatasi masalah yang Anda hadapi.
The Best Way to improve our Reading Ability
In most cases, how well we learn to read will depend largely on our exposure to language as children. If we hear people around us talking about a wide variety of subjects as children, we naturally pick up the words and phrases they use. If we pick up a lot of words, we will have an advantage when we start reading, and we will learn to read better. This, in turn, helps us to acquire more words, leaving the poor readers, who know few words, further and further behind. The literacy divide usually begins early in life, and can only be overcome by lots of reading later in life.
Much of the traditional advice to struggling readers, these days, seems to involve developing “cognitive strategies”. In this approach, readers are asked to focus more, to think, to be curious and ask questions, to analyze, to predict, to infer, and to monitor their understanding, or worse still to answer questions on their comprehension of what they have read. In other words they are asked to become self-conscious readers.I do not agree with this approach.
Here are my seven strategies for reading improvement.
1. Read about things that interest you. If you are interested in what you are reading about, the words will come alive, and you will be motivated to understand. You will feel satisfaction in accomplishing a task that you enjoy, and which you consider meaningful. The more you read, the better you will become at reading. Just get started and it will become a habit, as long as you are interested in what you are reading.
2. Read material that is at your level, or just a little difficult for you. Read material that you find easy to read, or just a little challenging. Looking up many unknown words in a conventional dictionary is tedious, and the results of the dictionary search quickly forgotten. It is better to stay within your comfort zone and keep reading. Soon you will be able to take on more difficult content.
3. Learn to read in depth, stay on the same subject for a while. If you are familiar with the subject you are reading about, you will understand better. Do not just read short articles. Commit to books. Stay with one author for at least one book. If the subject matter is new to you, you should even try to read a few different books or articles about the same subject, before you move on. This way you will meet the same vocabulary and ideas often, helping you to learn. You will also be able to get deeper into the subject and your reading confidence will grow.
4. If you have trouble reading, listen first. Many great works of literature were written to be read out loud. Learn to appreciate the art of the narrator. Listen to audio books or audio files of the material that you are reading. This will help make difficult content seem more familiar. If you can hear the new words and phrases that you are reading, you will have an easier time understanding and remembering them. Hearing the rhythm of someone reading a text will help your own reading.
5. Let your imagination get involved. Good readers get engrossed in their reading and let it trigger their imagination. Learn to enjoy your reading without asking too many questions or analyzing too much. It will just spoil the sensual enjoyment of the reading experience. You do not need to predict or analyze. Just enjoy and look forward to absorbing the information, ideas and thoughts expressed by the writer.
6. Don’t worry about what you don’t understand. Most of your reading should be for pleasure. You can enjoy reading without understanding all of what you read. You may even understand some things in your own personal way. Neither you nor a teacher needs to “monitor” your understanding. Learn to enjoy reading, even while feeling that you do not fully understand or remember what you have read.
7. Recognize that the key is to read a lot. You may develop a system for keeping track of new words that you encounter in your reading, using lists, or Flash Cards, or other memory systems available on the Internet or elsewhere. However, the main growth in your vocabulary and reading skill will come just from reading as much as you can. So learn to enjoy reading and read a lot. Keep reading, and you will become a better reader.
Unfortunately not all reading is just for pleasure. When you are reading a textbook or manual, or report or other material that have to read for school or work, you may need to underline, take notes, and read some parts over again, in order to retain what you are reading. However, if you have developed the habit of reading for pleasure, you will find that the cognitive techniques you need will come naturally, and that you will understand a lot better than before.